Halaman

Minggu, 11 Maret 2018

Meresensi Buku ""Sekelumit suku-suku pedalaman di indonesia : Suku Asmat"

Judul buku           : Sekelumit suku-suku pedalaman di indonesia : Suku Asmat
Penulis                 : Amir Martosoedono,SH
Penerbit               : Aneka Ilmu, Semarang.
Tahun terbit         : 1987
Tebal                    :72 halaman


Isi buku :
Buku ini menceritakan sekelumit suku-suku pedalaman di Indonesia, khususnya yang ada di pulau Irian Jaya. Buku ini juga menjelaskan apa arti primitif dan tanda-tanda dari primitif tersebut. Ada banyak suku primitiv di Indonesia. Contohnya adalah Suku Dayak, suku toraja, suku Mentawai, suku papua, dan lain lain. Penulis juga menjelaskan sejarah, pemerintahan,geologi, flora dan fauna, jumlah penduduk dari tahun ke tahun, serta apa saja penghasilan yang dihasilkan oleh masyakarat papua  nugini. Sebelum menjelaskan suku asmat secara detail, penulis juga menceritakan beberaapa aspek kehidupan dari suku mimika. Yaitu lokasi yang terletak di pantai barat daya Pulau Irian Jaya, lingkungan alam yang masih sangat rimba dan jarang penghuninya, mata pencaharian mengambil sago dan ikan, dan lain sebagainya.
Suku asmat mendiami daerah-daerah yang sangat terpencil dan masih merupakan alam yang ganas. Di sebelah utara berbatasan dengan pegunungan yang puncak-puncaknya bersalju abadi. Di sebelah selatannya berbatasan dengan laut arafuru. Di sebelah timur dan barat berbatasan dengan sungai Yuliana dan Pomats. Suku asmat mendiami daerah dataran rendah, berawa-rawa serta berlumpur, serta ditutup oleh hutan tropis. Suku asmat tidak mengenal besi, karena itu mereka memasak makanannya diatas api yang terbuka. Perkawinan di suku asmat juga terbagi menjadi menjadi beberapa bagian, dan di bagian perkawinan ini mereka juga masih sangat primitif. Kepercayaan masyarakat asmat juga sangat primitive. Mereka berhubugan dekat sekali dengan alam disekitar mereka. Mereka mempunyai kepercayaan bahwa alam ini didiami oleh roh-roh, jin-jin, makhluk=makhluk halus, yang semuanya itu disebut setan. Ilmu sihir hitam (black magic) juga banyak digunakan disana, terutama oleh kaum wanita.
Kebudayaan masyarakat suku asmat mewarisi bakat memahat dan mengukir dari penciptanya. Jadi banyak patung atau pahatan yang mereka buat. Dalam segi kelangsungan hidup, suku asmat hidup di hutan-hutan menetap di suatu tempat untuk beberapa bulan, lalu pindah mencari tempat baru, bila bahan makanan di tempat itu sudah mulai berkurang. Makanan pokok suku asmat adalah sagu. sebagai makanan tambahan, suku asmat mengumpulkan ulat sagu, yang didapatkan dari batang sagu, yang sudah membusuk.
Namun seiring berjalannya waktu, suku asmat sudah mulai maju. Dua puluh empat tahun setelah Irian Jaya resmi kembali ke wilayah Indonesia, kemajuan kehidupan dan kebudayaan suku asmat banyak terlihat dian dirasakan. Suku asmat sekarang ini bukan lagi manusia kanibal serta pengayau kepala orang. Berbagai buku asing mengungkapkan kehidupan susu asmat yang sangat indah dan beranekaragam. Pengaruh dari luar yang lebih maju juga banyak ditetapkan. Sekolah sekolah selalu ramai dengan suara dan nyanyian murid. Rumah ibadah jarang sunyi dan warga kampung taat pada kewajibannya sebagai warga negara. Suku asmat masih tetap menghasilkan ukiran, perlengkapan perang dan peralatan lainnya untuk menyalurkan bakat seni ukir, dengan menggunakan alat-alat logam seperti : kapak, pahat dan pisau, untuk mempermudah pekerjaan mereka itu.

Kekuarangan dan kelebihan dalam penulisan :
Buku ini memberikan banyak informasi tentang suatu objek secara rinci. Penjelasannya juga tidak bertele-tele dan jelas. Namun, Penyampaian penulis juga sangat padat. Materi yang disampaikan juga banyak diluar penjelasan tentang suku asmat itu sendiri. Bahkan penulis menyampaikan penjelasan tentang suku lain dalam bentuk satu bab. Dan menurut saya itu kurang sinkron dengan judul buku tersebut.

Sumber: http://library.fbs.uny.ac.id/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar